Monday, April 18, 2011

Hocus Pocus (part 2)


Hari-hari berjalan seperti biasa di kantor Gadis dan Troy, yang berbeda adalah bagaimana dua anak manusia itu terlihat main kucing-kucingan. Hampir setiap hari Troy mencari Gadis, tapi hampir setiap hari pula Gadis menghindari Troy. Gadis berusaha menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan agar ia tidak punya kesempatan untuk bertemu Troy dan agar pikirannya lepas dari ilusi itu. Ponselnya juga berdering hampir setiap saat. Siapa lagi kalau bukan Mr. Troy Mardian.

Tetapi sepintar-pintar orang menyembunyikan sesuatu, akhirnya akan tercium juga baunya. Siang itu Gadis dan Troy dipanggil menghadap Pak Irawan.

”Oke, Gadis, Troy, saya langsung saja pada pokok permasalahan. Ada apa sih sebenarnya di antara kalian berdua?” tanya Pak Irawan dengan pandangan bingung ke arah mereka berdua. Gadis terkesiap pelan sementara Troy menolehkan kepalanya ke arah Gadis. Setelah mereka berdua berhasil menguasai sikap, Gadis angkat bicara.

”Maksud Pak Irawan?” katanya dengan wajah se-innocence mungkin.

”Saya tahu ada yang tidak beres dengan kalian berdua sejak pesta kantor seminggu yang lalu dan bukan hanya saya yang merasa begitu, semua orang kantor juga. Kalian tahu kenapa saya sampai turun tangan begini?”

Gadis dan Troy menggeleng.

”Karena saya perhatikan, kinerja kalian menurun. Tolonglah, kalau kalian berdua punya masalah pribadi, selesaikan sampai tuntas. Jangan melibatkan urusan kantor. Saya ingin melihat kalian seperti dulu waktu menyelesaikan kasus Dhemotycil, kompak,” katanya sambil menatap wajah Troy dan Gadis. ”Kalian paham?”

”Yes, Sir.” Kali ini Troy yang menjawab.

Sekeluarnya dari ruangan Pak Irawan, Troy mencegat Gadis, setengah memohon untuk bicara.

”Please, Dis, we have to make this clear,” kata Troy.

”Bagiku semuanya sudah jelas. Anggap itu tidak pernah terjadi. The end,” jawab Gadis sekenanya. ”Lagian, kamu tahu kan, aku bukan salah satu groupies-mu, dan jangan pernah menganggap aku seperti itu. Pembicaraan selesai. Sekarang boleh aku kembali ke pekerjaanku, Mr. Troy Mardian?” tanyanya tajam.

Mau tak mau Troy tersinggung oleh perkataan Gadis yang tajam itu.

”Okay, if that’s what you want. But I guarantee that you will regret your ridiculous decision.”

”Aku tidak akan menyesalinya,” lanjut Gadis seraya berbalik dan berjalan ke arah ruang kerjanya.

Troy hanya bisa menatap kepergiannya dengan kesal.

0 comments:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 
;