Tuesday, April 19, 2011

Hocus Pocus (Part 3 - 4)

Troy benar-benar tak habis pikir mengapa bisa ada wanita yang menolak pesonanya. Gadis Parasayu. She’s completely different, I’ve never met a girl like her before. Damn, why can’t I make her disappear from my head?! Tetapi tiba-tiba terlintas di kepalanya sebuah ide.

Keesokan harinya Troy pergi menemui Pak Irawan di ruangannya.

”Ada apa, Troy?” tanya Pak Irawan. Perhatiannya masih belum tercurah pada Troy, tangan sibuk membolak-balik dokumen yang harus ditandatanganinya.

”Ehm... it’s about your offer last week, Sir. Saya pikir saya akan terima tawaran itu.”

Seketika itu juga Pak Irawan menghentikan aktivitasnya. Matanya menatap penuh selidik ke arah Troy.

”Kamu yakin, Troy? Kamu mengambil keputusan ini bukan karena percakapan kita tiga hari yang lalu, kan?”

”Definitely yes,” kata Troy dalam hatinya, tapi tidak mungkin ia bilang begitu pada bosnya. Ia hanya menjawab, ”Tentu saja bukan, Pak. Saya rasa tawaran dari Bapak terlalu menarik untuk dilewatkan begitu saja. I will feel so stupid if I don’t take it,” katanya setengah berbohong. Memang benar bahwa tawaran itu menarik baginya. Seminggu yang lalu Pak Irawan menawarkan sebuah posisi menjanjikan untuknya di Biocell Pharmacy Singapore, perusahaan yang menjadi cikal bakal berdirinya Biocell Pharmacy Indonesia.

”Apa masalah kamu dan Gadis sudah selesai?” tanya bosnya itu ingin tahu.

”Sudah, Pak. Itu semua hanya kesalahpahaman.”

Pak Irawan mengangguk sebelum melanjutkan, ”Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Saya akan atur semuanya dan jika semua sudah beres, kamu bisa berangkat ke Singapur tiga minggu lagi,” Pak Irawan lalu menjabat tangannya erat. ”Saya senang pernah memiliki karyawan secerdas kamu, Troy.

”Thank you very much, Sir,” katanya sambil tersenyum lebar lalu mohon diri meninggalkan ruangan.

Tak sampai dua hari berita mengenai kepindahannya ke Singapur sudah menjadi bahan gosip anak-anak sekantor, terutama wanitanya. Troy sudah tidak terlalu peduli apakah Gadis akan menganggapnya melarikan diri dari masalah atau apa. Ia hanya berpikir bahwa jarak dan waktu akan membantunya melupakan Gadis.




Hampir seminggu sudah, Troy tidak pernah mengusik ketenangan hidup Gadis lagi. Tak bisa bohong pada dirinya sendiri, Gadis merasa ada yang hilang setelah Troy menjauh darinya. Ya Tuhan, jangan bilang aku...

Sekarang ia malah merasa kesepian dan kangen pada suara Troy dan aksen British-American-nya. Brengsek! Kenapa malah mikirin si Troy? Tidak, ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus bisa melupakan dia, toh sebentar lagi dia akan pergi ke Singapur dan aku tidak akan pernah melihatnya lagi, geram Gadis dalam hati. Ia hanya harus menyibukkan diri dengan pekerjaan dan ia akan segera melupakan bahwa Troy Mardian pernah ada.

0 comments:

Post a Comment

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 
;