Gadis memutuskan untuk bedrest di rumahnya selama dua hari. Selama itu pula sms dan telepon dari Troy terus berdatangan, tapi tak ada yang digubrisnya. Pikirannya masih sibuk dengan kejadian di rumah sakit itu. Dalam hatinya ia senang karena Troy masih peduli padanya, tapi hal itu malah membuatnya semakin sulit melupakan Troy.
Di hari keduanya cuti, Gadis benar-benar dibuat shock oleh Troy. Saat itu jam 9 pagi, langit cerah dan angin sejuk berhembus pelan. Gadis bergegas menuju pintu depan karena mendengar suara bel. Ternyata sesorang dari toko bunga yang mengantarkan buket bunga matahari untuknya. Siapa lagi kalau bukan dari Troy. Dan sejak saat itu kiriman bunga terus berdatangan hingga seluruh ruangan di rumahnya penuh dengan buket bunga matahari. Mau tak mau Gadis terharu juga dengan sikap Troy, tapi ia benar-benar tidak mengerti apa maksud Troy dengan semua ini, setahunya seharusnya Troy sudah berangkat ke Singapur saat ini.
Saat matahari sudah mulai menghilang di ufuk barat, rumahnya kembali kedatangan tamu. Gadis menghela napas kencang. Belum puas juga rupanya dia...
”Selamat sore, Mbak. Mbak Gadis?” tanya si pengantar bunga. Gadis mengangguk. Kali ini yang datang hanya setangkai dengan sebuah surat. Setelah ia menandatangani tanda terimanya, Gadis segera membuka amplop putih itu.
”I’ve sent you sunflowers from all the flower shop in Jakarta, hope you will feel the warmth. Have you warm enough to meet me outside?”
Begitu bunyi tulisan di kartu dalam amplop putih itu. Gadis menyibakkan tirai jendelanya dan melihat keluar. Sepertinya tadi ia tidak melihat apa-apa, tapi sekarang di luar pintu gerbang rumahnya sudah terparkir Blue Jag kesayangan Troy lengkap dengan si empunya berdiri di samping pintu kemudi. Troy berpenampilan rapi seperti biasanya. Hupphh, mau apa lagi dia?
”Bukannya seharusnya kamu sudah ada di Singapura sekarang?” tanya Gadis dengan wajah sedatar mungkin.
”My flight has been delayed and I left very important thing behind, so I must go back to bring that one thing with me,” jawab Troy kalem. ”Do you wanna know what is it?” Ia bertanya.
”My heart, Gadis. I left my heart here and i can’t life without my heart. So...” katanya sambil berlutut dan mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya.
”Would you please give my heart back to me, please? Cause it’s belong to you now,” tanyanya sambil membuka kotak kecil berisi benda putih pipih yang sangat indah dengan dua batu berlian kecil, persis seperti dalam mimpi mereka. Gadis melongo tak percaya.
”Gadis Parasayu, would you be my dearest beloved wife who give birth to our baby?” tanya Troy sekali lagi dengan senyuman paling indah yang pernah dilihat Gadis. Ya Tuhan, apalagi ini...
”Gadis, this isn’t a dream.” Troy seperti bisa membaca pikirannya.
”Tapi... Tapi, Troy...”
Gadis benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
”Just say yes, please, honey,” pinta Troy, sekali lagi seperti menjawab pikiran Gadis. ”Please don’t push me to stay away from you again. You know I can’t.”
Sekali lagi Gadis terdiam. Troy masih berlutut di hadapannya.
”Troy, kamu kan harus ke Singapura.”
Gadis tahu jawabannya sangat melenceng dari pertanyaan yang diajukan Troy, tapi hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya sekarang.
”Gadis, honey, have I told you this?” tanya Troy masih sambil menatap mata Gadis yang mulai berkaca-kaca.
”Apa?”
”That I’m deeply in love with you...”
Ya Tuhan, aku benar-benar tidak tahan dengan perlakukan pria ini. Dia benar-benar berubah jadi laki-laki paling romantis sedunia. Maka Gadis pun menangis sejadi-jadinya. Troy bangkit dan menatapnya bingung.
”Hey, Gadis? Did I say something wrong?” tanyanya sambil mengelus-elus lengan Gadis. Gadis mendongak.
”Ya. Kenapa kamu tega banget sih sama aku, Troy?? Kamu tau betapa tersiksanya aku menahan perasaan ini selama hampir sebulan ini? Sakit rasanya. Bisa-bisanya tiba-tiba sekarang kamu datang melamar aku saat aku seharusnya sudah mulai melupakanmu. Kamu bener-bener jahat, Troy!!” katanya setengah berteriak dan sesegukan.
”Kamu bilang kamu tersiksa menahan perasaanmu? Then don’t, Dis. Sekarang tidak ada lagi yang harus kamu tahan. Aku sudah tahu semuanya, kamu tidak perlu lagi menyembunyikan sesuatu dari aku,” kata Troy lalu merengkuh Gadis dalam pelukannya. ”Kamu tahu, waktu itu aku kaget mendengar kamu menyebut-nyebut namaku dalam tidurmu di rumah sakit. Kamu mengigau terus dan memintaku jangan pergi.”
”Aku mengigau?” tanya Gadis sambil menatap mata cokelat milik Troy. Troy mengangguk.
”Sayang sekali aku tidak bisa memenuhi permintaanmu,” kata Troy lembut.
”Apa maksudmu?” Tiba-tiba Gadis menarik diri dari pelukan Troy.
”Aku tidak bisa tetap tinggal... Tapi aku memintamu untuk ikut bersamaku,” jawab Troy sambil mengamati perubahan di wajah Gadis.
”Ap.. apa? Maksudmu kamu mau aku ikut ke Singapura?” Gadis menatapnya seakan Troy sudah gila. Well, yeah, I’m crazy because of her, kata Troy dalam hati.
”If you want to be my wife, then you have to be next to me. It’s not wrong, is it?”
”No way!” jawab Gadis langsung. Seketika itu juga wajah Troy pias.
”Maksudmu kamu menolak lamaranku? Do you really hate me that much, Gadis?” tanyanya takut-takut.
”Maksudku...” Gadis tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
”Troy, kamu harus tahu, betapa sakitnya aku saat membayangkan harus jauh dari kamu,” lanjut Gadis. Mata Troy kembali berbinar. ”Apakah kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu melamarku dan memboyongku ke Singapur?”
”I’m a thousand persent sure, darling,” jawab Troy mantap.
”Kamu nggak takut nanti kita bertengkar terus setelah menikah? Lagian aku belum yakin akan ikut kamu ke Singapura. I love my job here,” kata Gadis memastikan lagi.
”Kalau kamu sudah jadi istriku nanti, aku yang akan bekerja untuk kamu dan anak kita. But if you like to be a businesswoman, I’m sure you’ll find a better job there with your brilliant brain,” kata Troy sambil menggenggam tangan Gadis dan mengecupnya.
Lalu hening, tapi Gadis hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membuat keputusan.
”Maaf, Troy, aku harus bilang ini,” katanya seraya melepaskan tangannya dalam genggaman Troy dan berjalan menjauh. ”Aku nggak bisa,” lanjutnya.
Troy terkesiap, Gadis bisa melihat bahwa ia sangat terluka.
”Aku nggak bisa menolaknya, Troy.” Gadis tersenyum dan mengulurkan tangan kirinya. ”Aku nggak bisa menolak cincin seindah itu.”
”What??” Troy melongo tak percaya. ”Can you say that again?”
Gadis tertawa pelan lalu maju selangkah ke hadapan Troy.
”Yes, I do. I want to be Mrs. Mardian, darling,” jawab Gadis seraya mengedipkan matanya.
”Oh, God! You’re almost gave me heart attack! You weren’t joking, were you?”
Gadis menggeleng dan terus tersenyum manis.
”Oh, Lord! I can’t believe this.” Troy memasangkan cincin itu di jari manis Gadis dan mengecup pipinya lembut. ”Thank you, darling. Now I’m the luckiest man in the world to have you as my wife.”
Gadis memeluk calon suaminya itu dan tersenyum.
”So do I, to have you as my dearest beloved husband.”
Finished in April, 4th 2009 at the old kost room